Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Template

Powered by Blogger

Surat Benci


: ku tulis ketika mengingatmu dalam benci


Aku menelungkup. Tidu
r. Kupejamkan mataku. Tak bisa. Aku merasa bosan. Aku menggapai boneka pemberianmu. Kutatap, lalu ku belai. Nyut! Dadaku nyeri. Sakit! Satu hal yang ku tahu. Aku benci padamu. Ku tanam dalam benak kata-kata itu.

Cucuran air hujan terlihat dari balik jendelaku. Dingin. Tetapi hatiku panas. Di kepalaku terbesit keinginan untuk membunuhmu. Ah tidak, aku ingin menyiksamu.
Aku tidak bisa memaafkanmu. Aku tidak rela atas apa yang telah kau buat kepadaku. hati ini lebih dari porak poranda kau hancurkan. Aku mengira aku talah memiliki segalanya dengan aku memiliki dirimu. Tidak ternyata.

Aku bersyukur Tuhan membukakan mataku. Tuhan tahu sakit hatiku dan menunggu saat yang tepat untuk membalaskan sakitku. Ku harap Dia mengizinkan aku tak memaafkanmu. Lebih dari sekedar kata benci perasaanku. Kalau banyak orang menulis surat cinta untukmu, aku menulis surat benci untukmu.

Ku harap kau tak bahagia. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga kau merasakan sakitku, berjuta kali lipat -dari apa yang ku rasakan- dan sekali lagi, ku harap kau tidak dan tidak akan pernah, bahagia.

Dengan penuh benci kepadamu,


Yang membencimu

 

 

.. Surat Benci ..[2]

Teruntuk yang terkutuk.
(karena kusayang dengan kecamuk)
Wahai seseorang yang bayang.
Panggil aku pengecut tak mampu menyebut. Panggil aku munafik hanya melirik. Panggil aku hina tak setara. Panggil aku bodoh tak senonoh. Sebut aku sayang kamu!
Menjadi judi, menjadi jeda.
(karena taruhan dimana diri diharga)
Wahai seseorang yang gamang.
Disini aku tiang petunjukmu. Disini aku rutemu. Disini aku jalananmu. Kemana kau mau menuju?
Jujur aku hancur.
(dan pilu oleh rasa malu)
Wahai seseorang yang menang.
Terlalu tak bermuka aku untukmu. Terlalu malu aku oleh laku lalu. Kutelanjangi diri sampai kulit. Aku depan matamu. Gengsiku porak poranda. Aku jadi kalah judi.
Dengan segenap kecap kuucap.
(dengan sealir airmata kubanjir)
Wahai seseorang yang jalang.
Aku membencimu dari pangkal urat. Aku membencimu hingga ujung tulang. Aku membencimu pagi petang. Bahkan siang malam. Sepanjang jalan menuju roma.
Dengan ini aku menyatakan bahwa,
( a a h h . . )
AKU MEMBENCIMU!
(hanya karena aku kalah bertaruh)



N Temukan Surat Benci Laennya Disini :
Surat Benci [3]
Surat Benci [4]
Surat Benci [5]